Di tengah gempuran perabot rumah tangga modern berbahan plastik, stainless steel dan enamel, namun pengrajin bambu di Kabupaten Sigi ini memilih tetap bertahan.
Meski saat ini bahan baku bambu susah tidak mudah lagi didapat. Sekilas perabot rumah tangga yang terbuat dari bambu terlihat sederhana.
Namun pengrajin bambu ini mengaku mampu mencukupi kehidupan keluarganya.

Burhan (38 tahun), asal Desa Sibalaya, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, terlihat piawai menggerakan jari jemarinya.
Dia adalah bagian dari pengrajin bambu yang tersisa di kampungnya, di tengah derasnya arus zaman.
Setiap hari, rutinitas membuat anyaman bambu sudah dimulai Burhan sejak pagi. Sebelum dianyam, prosesnya dimulai dari memiting, lalu membelah bambu, dan kemudian menjemurnya hingga kering.
“Menganyam bambu sudah empat tahun yang lalu, jadi sudah biasa,” kata Burhan ditemui Koran Trilogi di sela kesibukannya, Selasa 24 September 2019.
Keahlian menganyam bambu Ia dapatkan setelah mengikuti rekannya dikampungnya. Ada beberapa jenis produk yang dibuat, yakni kursi bambu, Gazebo, lampu hias, dan lain sebagainya, kesemuanya terbuat dari bahan dasar bambu.
Meski penghasilannya tidak seberapa, Burhan tetap menggeluti pekerjaan ini. Setiap produk dijualnya dengan harga bervariatif, mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 1,5 juta. Tergantung tingkat kesulitan dan unsur seninya.
“Penghasilan dari produk bambu saya buat sebulannya paling Rp 1 juta, kadang-kadang dalam satu bulan itu tidak ada sama sekali” ungkap Burhan.

Untuk pemasaran, Burhan kini lebih banyak mengandalkan jasa teman dan keluarga serta kegiatan pameran yang digelar oleh pemerintah setempat.
Setelah kerajinan bambu yang dibuat terkumpul, Burhan akan menawarkan produk itu melalui jejaring sosial untuk memasarkannya.
Pembeli pengecer sudah jarang. Maklum, kini perabot berbahan plastik dan stainless steel sudah banyak dipasarkan, sehingga mempengaruhi pasar produk bambu miliknya.
“Alhamdulillah, ada juga sedikit meski hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja,” jelas Burhan bersyukur.
TINGKATKAN PEMASARAN ONLINE
Burhan sudah sejak empat tahun silam menjadi salah satu pengrajin bambu. Meski telah eksis sejak lama, namun bukan hal gampang bagi dia untuk terus bertahan.
Terlebih di tengah era digital seperti sekarang, penerapan teknologi menjadi suatu kebutuhan.
Burhan yang juga pengrajin binaan Koperasi & UMKM Kabupaten Sigi menuturkan, dirinya sudah berusaha mengikuti perkembangan zaman dengan menerapkan pemasaran secara online.

Foto : Burhan to Koran Trilogi
“Tapi sulit ya, apalagi saya masih bingung cara memasarkanya. Saya selalu pasarkan hanya melalui Facebook saja dan group di WhatsApp ,” ujarnya.
Selama ini, kata Burhan, promosi lewat dunia maya dibantu oleh istrinya. Namun masih sebatas melalui akun media sosial, belum diwadahi dalam sebuah website khusus.
Karena itu, dia berharap dinas terkait di Pemkab Sigi ikut membantu upaya promosi.
Langkah yang diharapkan tidak sekedar lewat pelatihan, namun juga dibuatkan suatu wadah untuk menjembatani pemasaran.
“Saya memang masih terkendala soal pemasaran. Produksinya terbatas cuma kalau ada pesanan kita buat,” ujarnya.
Produk kerajinan bambu yang dibuat antara lain kursi, lampion, gazebo, gelas bambu, dan produk lainya.