Rebutan tambang emas ilegal di sungai Tabong, Kabupaten Buol, muncul akibat adanya kongsi. lemahnya penindakan pemerintah, melahirkan bisnis gelap itu kembali marak. Oknum aparat dituding terlibat. Jejak Siapa di Sungai Tabong ?.

Penambangan emas tanpa izin atau PETI di sungai Tabong, kembali beroperasi pasca penertiban 5 bulan lalu. Banyak pihak menuding, mencurigai adanya orang kuat di belakang para penambang.

Trilogi yang berkerjasama dengan konsorsium media Sulteng kembali menuliskan seluk beluk bisnis gelap yang melibatkan orang kuat dibalik penambangan emas ilegal Sungai Tabong mulai hari ini.

Melansir dari group konsorsium media Sulteng disebutkan bahwa, pemodal PETI yang beroperasi di Sungai Tabong, Desa Kokobuka, Kecamatan Tiloan, ditenggarai berasal dari Kabupaten Buol.

Bahkan pasokan Bahan Bakar Minyak atau BBM untuk kebutuhan alat berat yang beraktifitas dilokasi penambang itu dituding disuplai oleh oknum aparat keamanan.

“Mess mereka ada di depan Kantor Camat Baolan. Bahkan alat berat yang diangkut ke lokasi, mendapat pengawalan dari oknum aparat berbaju hijau,” kata sumber terpercaya seperti diberitakan oleh Wartasulawesi.

Selain itu, sumber juga membeberkan jika akses sejumlah alat berat jenis exavator merk Sunward menuju lokasi PETI, melintasi Desa Salusu Pande, Kecamatan Lampasio, Kabupaten Tolitoli menuju arah Desa Kokobuka lalu ke Sungai Tabong.

Informasi yang berkembang di kalangan wartawan di Tolitoli, BBM Solar untuk kebutuhan alat berat itu mereka menggunakan kekuatan oknum aparat berseragam hijau.

Namun informasi ini masih akan dilakukan verifikasi terkait benar dan tidaknya.

Menurutnya, untuk menuju ke lokasi tambang ilegal di Sungai Tabong jalur satu-satu yang mereka lintasi adalah jalur perusahaan kayu milik PT Pitu Lempa di sekitar Desa Salusu Pende.

Alat berat Eksavator yang diangkut hanya bisa melintas dijalur tersebut, sementara BBM solar pengangkutannya melintasi jalur sungai di Desa Janja.

“Kelompok penambang emas ilegal itu baru kali ini masuk ke lokasi Sungai Tabong, mereka sudah pernah melakukan kegiatan di lokasi Kokobuka, perkiraan 15 km dari Kokobuka, karena kurang hasil akhirnya mereka naik di Tabong,” ceritanya.

Kepala Desa Janja, Kecamatan Lampasio, H Mihra Arrabi yang dikonfirmasi membenarkan kalau di desanya merupakan jalur yang paling singkat menuju lokasi tambang di Sungai Tabong.

Bahkan BBM Solar juga diangkut menggunakan perahu mesin tempel milik warga.

“Beberapa bulan lalu ada juga yang angkut solar lewat sini, tapi kabarnya mereka sudah angkat kaki karena merasa ada yang ganggu, mungkin ada kelompok baru lagi yang datang dari Buol,” terangnya kepada wartawan.

Menurutnya, Desa Janja adalah jalur yang dimungkinkan paling strategis untuk dilintasi menuju ke lokasi sungai tabong. Selain jangkauan yang dekat juga waktu perjalanan tidak terlalu lama sudah tiba di lokasi.

“Kalau naik perahu tibanya di Sungai Labantik, dari situ naik darat menuju lokasi areal tambang,” katanya.