BP2P Sulawesi II selaku perpanjangan Kementerian PUPR dalam pembangunan huntap 2B, menargetkan pembangunan hunian itu untuk penyintas gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu dan Sigi, selesai pada Desember 2023.
“Oleh karena itu, dengan adanya pekerja lokal sangat membantu kami untuk percepatan pembangunan Huntap di Sulteng,” katanya.
Ia menambahkan, mereka yang bekerja di lokasi proyek pembangunan, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan konstruksi rumah tahan gempa, rumah instan sederhana sehat (Risha) agar dapat bekerja dengan baik di lapangan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Iwan Suprijanto mengemukakan keterlibatan warga lokal dalam proses pembangunan huntap di Sulteng sangat diperlukan.
Pekerja yang telah mendapat pelatihan diharapkan bisa memahami dan memiliki kemampuan konstruksi yang baik sehingga Huntap yang ada bisa lebih cepat terbangun, katanya.
“Kami ingin warga lokal tidak hanya bisa bekerja sebagai pekerja konstruksi biasa. Tapi mereka punya kemampuan dan pengetahuan tentang pembangunan kontruksi yang baik apalagi teknologi Risha ini mudah untuk diaplikasikan di lapangan,” katanya.
Salah seorang pekerja yang berasal dari Kota Palu, Iswandi Mansyur Dullan mengaku sangat bersyukur bisa bekerja dalam proyek pembangunan huntap di Sulteng. Apalagi masih banyak masyarakat yang terdampak bencana di Sulteng membutuhkan hunian yang layak.
“Pembangunan huntap, juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sehingga mendapatkan penghasilan sekaligus pengalaman kerja di bidang konstruksi. Adanya pelatihan konstruksi, jam kerja yang teratur dan upah yang mencukupi juga membuat para pekerja menjadi lebih semangat untuk menyelesaikan Huntap tersebut,” ungkap Mansyur.
