Sulawesi Tengah, wilayah yang kerap menjadi pusat perhatian politik nasional, kini kembali diguncang dengan pernyataan keras dari Rusdy Mastura, yang akrab disapa Cudy.
Sang petahana dalam kontestasi Pilgub Sulteng 2024, mengungkapkan adanya dugaan kuat keterlibatan konglomerat kapitalis dalam upaya menjegal langkahnya untuk kembali maju.
Baca Juga : Irwan Sikapi Golkar di Pilgub Sulteng | Tersingkir, Tapi Tetap Tenang dan Bijaksana !
Dalam sebuah video yang viral di berbagai platform media sosial, Cudy secara tegas menuding adanya campur tangan kapitalis yang menyebabkan partai pendukungnya tidak cukup untuk mengusungnya.
Video yang merekam pernyataan Cudy tersebut tidak hanya sekadar menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan politikus dan masyarakat Sulawesi Tengah, tetapi juga memunculkan kekhawatiran mengenai integritas proses demokrasi di provinsi ini.
Dalam video itu, Rusdy Mastura menyatakan bahwa konglomerat kapitalis telah “memotong-motong” peluangnya untuk maju, menuding bahwa tindakan tersebut adalah upaya untuk menghancurkan demokrasi di Sulawesi Tengah.
“Kalau saya tidak maju, kita lari ke Anwar Hafid,” ujar Cudy dengan nada yang penuh keyakinan, seakan menunjukkan bahwa perjuangannya belum berakhir.
Ia juga menambahkan bahwa pasangannya sebelumnya, Ma'mun Amir, mengalami stroke, dan telah digantikan oleh Mayjen TNI Purnawirawan Sulaiman Agusto Hambuako, sebuah keputusan yang menurutnya telah dipertimbangkan dengan matang.
Baca Juga : Sinyal ‘Head to Head' | Duel Wosu di Politik Sulteng 2024 !
Tudingan Cudy terhadap konglomerat kapitalis yang diduga menjegalnya bukanlah sekadar isu kosong belaka. Dalam konteks politik Sulawesi Tengah, di mana kekuatan finansial seringkali menjadi penentu utama dalam setiap kontestasi politik, dugaan keterlibatan kapitalis ini mengundang perhatian banyak pihak.
Apakah benar ada konglomerat yang berupaya untuk mengendalikan jalannya demokrasi di provinsi ini? Ataukah ini hanya strategi politik dari seorang petahana yang merasa terdesak oleh kekuatan-kekuatan yang lebih besar?.
Pertanyaan-pertanyaan ini menggema di benak banyak pihak, terutama di kalangan pendukung Cudy yang merasa bahwa perjuangan mereka untuk mempertahankan posisinya sebagai gubernur kini berada di ujung tanduk.
Beberapa spekulasi yang timbul dipermukaan bahwa tudingan ini bisa jadi merupakan bentuk frustrasi Cudy terhadap kondisi politik yang semakin tidak menentu menjelang Pilgub Sulteng 2024.
Rusdy Mastura sendiri bukanlah figur yang asing dalam dunia politik Sulawesi Tengah. Sebagai gubernur petahana yang dikenal dekat dengan rakyatnya, Cudy telah membangun citra sebagai pemimpin yang kuat dan tegas.
Namun, dengan munculnya isu konglomerat kapitalis yang menjegalnya, citra tersebut kini diuji. Apakah ini akan menjadi akhir dari perjalanan politik Cudy, atau justru menjadi batu loncatan untuk memperkuat posisinya?.
Meski demikian, publik masih menunggu klarifikasi lebih lanjut mengenai siapa sebenarnya konglomerat kapitalis yang dituding oleh Cudy.
Baca Juga : Teka-Teki Golkar Terjawab | Ahmad Ali Resmi Didukung di Pilkada Sulawesi Tengah, Ini Langkah Besarnya !
Apakah ini hanya sekadar isu yang dilemparkan untuk menggiring opini publik, atau ada fakta yang mendasari tudingan tersebut? Hingga saat ini, belum ada pihak yang berani untuk terang-terangan menanggapi tudingan Cudy, meninggalkan publik dalam tanda tanya besar mengenai apa yang sebenarnya terjadi di balik layar politik Sulawesi Tengah.
Di tengah ketidakpastian ini, satu hal yang pasti: Pilgub Sulteng 2024 akan menjadi salah satu kontestasi politik paling menarik dan penuh intrik dalam sejarah provinsi ini.
Apakah Cudy akan berhasil mengatasi rintangan yang dihadapinya, atau justru konglomerat kapitalis yang ditudingnya akan keluar sebagai pemenang dalam permainan politik ini? Hanya waktu yang akan menjawab.
Dengan situasi yang terus berkembang, masyarakat Sulawesi Tengah akan terus memantau perkembangan ini dengan seksama.
Bagaimanapun, demokrasi adalah milik rakyat, dan setiap upaya untuk mengganggu jalannya harus diungkap dan dilawan. Namun, di balik semua ini, apakah tudingan Cudy benar adanya, atau sekadar strategi politik? Hanya fakta yang akan berbicara.
Baca Juga : Eks Kadis Bina Marga Sulteng Ungkap Fakta Soal VT Ahmad Ali & Kesalahpahaman Muhidin Said !
Kini, masyarakat Sulawesi Tengah dihadapkan pada pilihan yang sulit. Apakah mereka akan tetap mendukung seorang pemimpin yang secara terang-terangan menantang kekuatan besar yang tidak terlihat?.
Atau, apakah mereka akan berpaling kepada kandidat lain yang mungkin menawarkan stabilitas, tetapi dengan harga demokrasi yang harus dibayar? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terus bergema di benak para pemilih hingga hari pemungutan suara tiba.
Bagi Rusdy Mastura, kontestasi Pilgub Sulteng 2024 ini bukan hanya sekadar ajang untuk mempertahankan kekuasaan, tetapi juga pertaruhan besar untuk masa depan demokrasi di provinsi ini.