Warga Doa bersama Diatas Jembatan Baru
Warga Desa Pelempea, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah merayakan momen bahagia bersama Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN Sulteng) dan para pekerja pelaksana proyek CV Sambulugana dengan menggelar acara syukuran di atas jembatan Box Culvert yang baru selesai di bangun.
Keberhasilan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di ruas Peana-Kalamanta tersebut telah memicu perasaan bahagia dan rasa syukur di kalangan masyarakat, khususnya warga Desa Pelempea, Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi, belum lama ini.
Kehadiran Kementrian PUPR yang berkolaborasi bersama Pemerintah Kabupaten Sigi dalam mewujudkan pelaksanaan program IJD ini, juga mendapat respon positif dari masyarakat setempat. Dalam pelaksanaan IJD itu masyarakat sangat mendukung dan bersyukur atas pembangunan yang sedang berjalan yang dilakukan pemerintah.
“Baik Pemerintah pusat hingga daerah sangat mengayomi kami. Kami bersyukur atas adanya pekerjaan ini” ujar salah seorang pemuka Agama saat melaksanakan ibadah syukuran di atas box culvert 3.
Acara syukuran yang dirangkaikan ibadah doa bersama yang di gelar diatas jembatan baru tersebut, juga turut dihadiri oleh para tokoh masyarakat desa setempat berserta sejumlah pihak yang terlibat dalam pembangunan ruas jalan dan jembatan ruas Peana-Kalamanta.
Mereka beramai-ramai menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam mewujudkan pembangunan.
“Pekerjaan ini atas izin tuhan telah dilancarkan dan semoga kedepannya juga dilancarkan karena masih ada pembangunan jembatan lagi tahun depan. Masyarakat merasa sangat bahagia dan bersyukur atas pembangunan jalan dan jembatan ini. Akses yang lebih lancar akan membantu mereka dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari” ujar Pendeta saat melaksanakan ibadah syukuran di atas box culvert 3.
Pembangunan lanjutan infrastruktur jalan daerah di ruas Peana-Kalamanta tersebut diharapkan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. Dengan adanya akses yang lebih baik, diharapkan akan memudahkan mobilitas warga dalam beraktivitas sehari-hari.
Pembangunan jalan dan jembatan tersebut merupakan wujud komitmen pemerintah pusat melalui Kementrian PUPR yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah melalui program IJD untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam memberikan kesejahteraan yang hakiki.
Acara syukuran dan doa bersama oleh masyarakat terdampak proyek di ruas Peana-Kalamanta itu berlangsung sederhana dengan berkumpul sembari memanjatkan doa syukur bersama di atas jembatan box Culvert 3 yang baru selesai di bangun karena semua kegiatan tersebut menambah nuansa bahagia dalam suasana syukuran.
Sementara itu PPK 2.2 pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Sulawesi Tengah, dalam keteranganya yang dilansir dari laman BPJN Sulteng, pembangunan jalan dan jembatan ini merupakan program pemerintah pusat melalui Kementrian PUPR yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam membuka kawasan untuk pertumbuhan ekonomi daerah.
“Program pelaksana IJD BPJN Sulteng ini juga bertujuan untuk membuka keterisolasian wilayah di Ruas Peana-Kalamanta merupakan jalur darat penghubung antara Sulawesi tengah dengan batas Sulawesi Selatan ke Toraja sehingga akses pergerakan barang dan orang terbuka” tulis Iwan Susanto, yang dikutip dari laman BPJN Sulteng.
Iwan merilis, pelaksanaan IJD di ruas Peana-Kalamanta yang dikerjakan oleh penyedia jasa dari CV Sambulugana tersebut telah dimulai dari bulan September 2023 lalu dengan meliputi pekerjaan pembukaan jalan baru atau Land Clearing sejauh 35 km dan pembangunan 6 buah jembatan dengan nilai kontrak Rp12,7 miliar yang tuntas dikerjakan pada tahun 2023 lalu.
“Paket pembangunan jembatan tersebut meliputi 2 jembatan box culvert sepanjang 19,15 meter masuk dalam penanganan Tahun Anggaran (TA) 2023 lalu, sedangkan 2 jembatan lainnya sepanjang 16,95 meter akan dilaksanakan pada TA 2024” bebernya.
Sebelumnya, pada ruas Peana-Kalamanta ini merupakan lokasi pegunungan dengan jalan setapak dan tidak rata dan melintasi sungai.
Hal ini mempersulit masyarakat untuk membawa hasil bumi berupa kopi dan kakao. Selain itu, jalan yang tidak rata juga mempengaruhi waktu tempuh sampai ke lokasi pembangunan jembatan di Desa Pelempea yang memakan waktu hingga 5 jam dengan jarak tempu sejauh 43 km.