Follow TRILOGI untuk mendapatkan informasi terbaru. Klik untuk follow WhatsApp Chanel & Google News
Kejanggalan kematian Situr Wijaya bukan sekadar kabar duka dari sebuah kamar hotel di Jakarta Barat. Ia adalah simpul terakhir dari rangkaian advokasi agraria yang membetot kepentingan banyak pihak.
Di balik tubuhnya yang sudah terbujur kaku, tersimpan misteri kematian yang belum terurai dan mungkin terlalu berbahaya jika benar-benar dibongkar.
Baca Juga : Kejanggalan Situr | Mati Muda, Mati Mendadak, Mati Membisu
Situr bukan wartawan baru. Ia dikenal aktif mendampingi warga dalam advokasi agraria, terutama dalam konflik lahan sawit di Morowali Utara.
Bersama Koordinator Nasional Corruption Watch Sulawesi Tengah, Anwar Hakim, Situr kerap mengumpulkan data, melakukan verifikasi, hingga menyusun narasi pelaporan ke Kejaksaan Tinggi.
“Anak ini sangat agresif, bahkan saya pernah minta bantu buatkan narasi dan lengkapi dokumen,” ujar Anwar dalam keteranganya yang dikutip dari sejumlah media di Palu, Senin, 14 April 2025.
Pada awal tahun, Situr sempat berada di Jakarta bersama dua rekannya. Mereka berencana bertemu Mahfud MD, namun perjalanan itu terhenti karena keterbatasan biaya.
“Kurang lebih setengah bulan di Jakarta, lalu pulang. Masalah belum selesai,” kata Anwar.
Baca Juga : Empat Kematian, Satu Pola | Kasus Situr Wijaya di Tengah Advokasi Agraria !
Tak lama setelahnya, Anwar bertemu Situr di Palu. Kala itu, ia mengeluh soal web media yang lambat karena masalah pembayaran.
Meski demikian, semangatnya tak surut. Ia kembali bergerak ke Morowali bersama seorang pengacara dan anak Anwar, lalu hilang kontak.
“Saya pernah minta dia naikkan berita soal hasil verifikasi perusahaan sawit di Morut. Setelah itu tidak ada kabar. Tiba-tiba saya dengar dia meninggal,” tutur Anwar dengan nada kaget.
Beberapa hari sebelum kematiannya, Situr juga diminta mendampingi warga berinisial Hi. A dalam pelaporan ke Kejati Sulteng.
Misteri kematian Situr memicu tanya di kalangan pegiat hukum dan hak asasi manusia. Tidak sedikit yang berharap hasil autopsi dari Polda Metro Jaya dapat mengurai tabir penyebab kematiannya.
Namun, kecurigaan bahwa kepergiannya berkaitan dengan kerja-kerja advokasi agraria sulit ditepis.
“Saya kaget, tiba-tiba dengar dia sudah meninggal. Saya tanya teman, katanya dia ke Jakarta sendiri,” kata Anwar.
Kini, publik menanti apakah ini hanya kematian biasa atau ada jejak tekanan dari pihak yang terusik oleh keberanian seorang jurnalis muda.