Tarikkan kepentingan politik kekuasaan memberikan pengaruh bagi keberlangsungan interaksi sosial masyarakat.

Masyarakat berpotensi untuk saling menghujat, menghina bahkan baku hantam karena perbedaan dukungan politik, apalagi konflik seperti itu mengarah pada konflik internal umat beragama.

Intevensi politikus pada organisasi sosial yang dipimpinnya ditambah dengan kekuatan ekonominya dipastikan memberikan pengaruh kebijakkan organisasi yang mengarah pada kepentingan politiknya.

Contoh kasus pada pemilih presiden tahun 2019, penyembutan kelompok cembong dan kadrun adalah bentuk agitasi politik yang memisahkan dua belahan kepentingan politik.

Bukan tidak mungkin kasus yang sama akan terulang pada pemilihan legislatif tahun 2024 di Sulawesi Tengah, jika para imam masjid, pegawai syara digiring pada kepentingan politik kekuasaan.