Follow TRILOGI untuk mendapatkan informasi terbaru. Klik untuk follow WhatsApp Chanel & Google News

Aksi Front Pemuda Kaili (FPK) mengejutkan publik pada hari ini. Organisasi tersebut melakukan penyegelan kantor PT Citra Palu Mineral (CPM) yang berlokasi di Poboya dengan kain kuning, sebagai simbol peringatan atas aktivitas penambangan yang dinilai merusak lingkungan dan budaya masyarakat Kaili.

Ketua FPK, Erwin Lamporo, menyampaikan bahwa aksi tersebut bukan sekadar protes biasa, melainkan sebuah peringatan keras untuk PT CPM. Ia menegaskan.

Baca Juga : Warga Blokir Jalan Hauling PT CPM di Poboya: Tuntut Ganti Rugi Lahan

“Kami tidak akan tinggal diam. Jika PT CPM terus melanggar aturan adat dan lingkungan, mereka akan menghadapi sanksi adat Kaili yang jauh lebih berat daripada sanksi hukum.” Katanya.

Penyegelan simbolis ini bertujuan mengingatkan perusahaan tentang pentingnya menjaga keberlanjutan budaya dan alam yang menjadi warisan masyarakat Kaili.

Erwin menambahkan bahwa siapapun yang berani membuka segel tersebut akan dikenakan sanksi adat yang tak termaafkan, sesuai hukum adat yang berlaku.

Baca Juga : Berita Terbaru Sulteng 2025 | Kisruh Tambang Emas, Drama Politik Pilkada, dan Bencana Cuaca di Banggai Laut

Masalah lingkungan dan keberlanjutan telah menjadi sorotan utama bagi warga Kaili yang menganggap bahwa aktivitas penambangan PT CPM di Poboya telah merusak ekosistem sekitar.

Dampak dari kerusakan alam ini dirasakan langsung oleh masyarakat yang mengandalkan keberlangsungan alam untuk kehidupan mereka.

“Tidak hanya lingkungan yang rusak, tetapi juga hak adat kami yang terabaikan. Kami sudah cukup sabar, dan kali ini kami akan mengambil tindakan yang lebih besar jika mereka tidak berhenti,” ujar Erwin dengan penuh ketegasan.

FPK mengingatkan PT CPM bahwa mereka tidak akan mundur dalam perjuangan ini, dan akan terus berjuang hingga perusahaan tersebut menghentikan aktivitas yang merusak kehidupan masyarakat Kaili.

Dengan ancaman sanksi adat yang berat, FPK ingin menegaskan bahwa kekuatan tradisi dan budaya mereka tidak bisa dianggap remeh.