Upik Lawanga Julukan “Profesor Bom” yang digadang-gadang sebagai penerus Dokter Azhari, bersama 22 napi teroris teroris Poso ucap ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di hadapan Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Rudy Sufahriadi dalam acara ramah tamah dengan para mantan napiter di Iyato Beach Poso, Senin pagi 11 Oktober 2021.

Taufik Bulaga alias Upik Lawanga yang sempat DPO 14 tahun, ditangkap oleh tim pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88 antiteror Mabes Polri di Jalan Seputih Lanyak, Provinsi Lampung pada bulan Desember 2020 silam.

Pada Acara bertajuk ‘Merajut Persatuan dalam Bingkai NKRI’ itu digagas Kapolda Sulteng yang dihadiri pejabat satuan tugas operasi Madago Raya, Upik Lawanga mengaku bertaubat dan bersedia membacakan ikrar setia kepada NKRI .

“Dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang kami berikrar,” kata mantan napiter Supriadi alias Upik Pagar saat memimpin pembacaan Ikrar.

Dalam ikrar tersebut, 23 napiter ucap janji setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Serta patuh dan taat kepada hukum dan peraturan perundang undangan yang berlaku.

“Tiga, Menolak untuk terlibat dalam kegiatandan paham-paham yang bertentangan dengan Panca Sila dan Undang-Undang Dasar 1945. Empat, Bersama sama dengan masyarakat dan pemerintah untuk membangun Poso yang aman, damai dan sejahtera, semoga Allah meridhoi usaha dan janji kita,” ujar Upik.

“Allahu Akbar, demikian teriakan serentak para mantan napiter menutup ikrar kesetiaan kepada NKRI,” sambungnya.

Sebelumnya, Satgas Madago Raya memperpanjang operasi pengejaran terhadap empat Daftar Pencarian Orang (DPO) Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah, hingga akhir Desember 2021. Operasi tersebut kini telah memasuki tahap keempat pada tahun 2021.

“Sebagaimana diketahui operasi dilaksanakan setiap tiga bulan,” ungkap Wakasatgas Humas Operasi Madago Raya, AKBP Bronto Budiyono, lewat keterangan tertulisnya, seperti dikutip dari Idntimes pada Jumat 1 Oktober 2021.

Menurut Bronto, perpanjangan operasi ini telah dimulai sejak tanggal 1 Oktober hingga akhir Desember 2021. Dalam operasi ini tidak ada penambahan personel dari TNI maupun Polri.

“Belum ada penambahan personel, sedangkan personel yang terlibat di Madago Raya sekitar 1.500 personel,” jelasnya.

Hingga kini, masih ada empat orang sisa DPO MIT Poso pasca tewasnya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan. Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Muhklas alias Galuh alias Nae, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, dan Suhardin alias Hasan Pranata.

“TNI/Polri menyerukan kepada 4 DPO Teroris Poso untuk segera menyerahkan diri dan mempertanggungjawabkan perbuatannya masa lalu dihadapan hukum,” ujar Bronto.